124844
III B/B21
28 Agustus 2014
PENENTUAN BILANGAN PENYABUNAN
TUJUAN
Untuk
menentukan bilangan penyabunan pada minyak kelapa.
DASAR PRINSIP
Asam lemak pada
sampel di reaksikan dengan KOH berlebihan menghasilkan gliserol. Kelebihan KOH dititar dengan
HCl, sehingga jumlah mg KOH yang
bereaksi dengan sampel dapat diketahui. Pada penetapan ini digunakan titrasi blanko.
LANDASAN TEORI
Lipid adalah biomolekul organik yang itdak larut dalam air (hidrofobik).
Fungsi lipid di dalam tubuh yaitu sebagi sumber energi, sumber bahan baku
basa-basa purin dan pirimidin penyusun asam nukleat, biosintesis asan amino
tertentu dan sebagainya. Lipid bisa berada dalam keadaan bebas maupun berikatan
dengan makromelekul lain. Lipid yang berikatan dengan protein dissebut
lipoprotein. Klasifikasi dari lipid yang umum yaitu: triasigliserol, lilin,
fosfoglserida (fosfatidiletanolamin, fosfatidilkolin, fosfatidilserin,
fosfatidilinositol, dan kardiolipin), spingolipida ( gangliosida, srebrosida,
spingomielen), sterol dan ester asam lemak lainnya.
Lemak atau minyak adalah senyawa makromolekul berupa trigliserida, yaitu
sebuah ester yang tersusun dari asam lemak dan gliserol. Jenis dan jumlah asam
lemak penyusun suatu minyak atau lemak menentukan karakteristik fisik dan
kimiawi minyak atau lemak. Disebut minyak apabila trigliserida tersebut
berbentuk cair pada suhu kamar dan disebut lemak apabila berbentuk padat pada
suhu kamar.
Asam
lemak berdasarkan sifat ikatan kimianya menjadi 2:
1.Asam lemak jenuh
2. Asam lemak tidak jenuh
1.Asam lemak jenuh
2. Asam lemak tidak jenuh
Sebagai zat gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya jika banyak
mengandung asam lemak tidak jenuh dan sebaliknya. Minyak atau lemak bersifat
non polar sehingga tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan larutan
asam, tetapi larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar seperti
n-Hexane, Benzene, Chloroform, dll.
Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah
dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya semua bahan akan mudah
larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Karena polaritas lipida
berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua acam
lipida.
Prosedur-prosedur analisa lemak dan minyak berkembang pesat, baik yang menggunakan alat peralatan sederhana maupun yang lebih mutakhir. Kemudahan analisa tersebut dimungkinkan antara lain:
a. Molekul lemak dan minyak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan dengan molekul karbohidrat dan protein.
b. Molekul-molekul lemak dan minyak dapat disintesakan di laboratorium menurut kebutuhan, sedangkan molekul protein dan karbohidrat yang kompleks, misalnya lignin belum dapat.
Hidrolisis lemak netral dalam air sangat lambat , tetapi dapat
dipercepat dengan meningkatkan konsentrasi H+ atau OH-. Hidrolisis lemak netral
oleh basa kuat seperti KOH dan NaOH disebut penyabunan, ion-ion karboksilat
yang terbentuk dengan adanya kation akan menjadi sabun. Banyaknya miligram KOH yang
dipakai untuk menyabunkan 1 gram lemak secara sempurna disebut angka
penyabunan. Angka penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat moekul dari
suatu lemak atau minyak. Kandungan asam lemak yang tinggi dapat berpengaruh
terhadap rendahnya angka penyabunan
Penentuan angka penyabunan berbeda dengan penentuan kadar lemak, sampel
yang dipergunakan untuk penentuan angka penyabunan adalah margarine. Penentuan
bilangan penyabunan ini dapat dipergunakan untuk mengetahui sifat minyak dan
lemak. Pengujian sifat ini dipergunakan untuk membedakan lemak yang satu dengan
yang lainnya. Selain untuk mengetahui sifat fisik lemak atau minyak, angka
penyabunan juga dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan
lemak secara kasar.
Apabila sampel yang akan diuji disabunkan dengan larutan KOH berlebih
dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul
KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang
tertinggal tersebut kemudian ditentukan dengan titrasi dengan menggunakan asam,
sehingga jumlah alkali yang turut
bereaksi dapat diketahui.
bereaksi dapat diketahui.
Pelarut yang dipergunakan untuk melarutkan KOH adalah Alkohol,
penambahan alkohol dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis
agar dapat membantu mempermudah reaksi dengan basa dalam pembentukan sabun.
Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir, kesalahan
ini disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya yerjadi adalah dari
coklat pekat, kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan
warna dari kuning ke putih tersebut tidak terlalu kontras dan menyebabkan titik
akhir sulit ditentukan. Untuk mengetahui hasil pengujian tersebut benar atau
tidak, maka perlu dibandingkan dengan titrasi blanko.
ALAT dan BAHAN
a. Alat
Ø Neraca analitik
Ø Erlenmeyer 300 ml
Ø Buret 50 ml
Ø Statip dan Klem
Ø Hot plate
Ø Pipet tetes
Ø Gelas Piala 100 ml
Ø Labu pendingin tegak
b. Bahan Bahan
Ø Minyak kelapa
Ø Larutan Standar HCL 0,1 N
Ø KOH alkohol
Ø Indikator PP
CARA KERJA
- Ditimbang 2 g sampel minyak ke dalam erlenmeyer 500 ml.
- Ditambahkan 25 ml KOH alkohol 0,1 N.
- Larutan dipanaskan di atas penangas air dengan menggunakan pendingin tegak selama 30 menit.
- Larutan didinginkan, kemudian dititar dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan indikator PP (a ml)
- Pengerjaan blanko dilakukan (b ml).
PENGAMATAN
1.
Berat
Sampel : 2,0215 g
2.
Warna
larutan
Ø
Sebelum
penambahan indicator PP : Tidak Berwarna
Ø
Setelah
penambahan indicator PP : Merah Muda
Ø
Setelah
tercapai titik akhir :
Tidak Berwarna
3.
Volume
larutan penitar (HCl 0.0924 N) :
0,2 ml
untuk sampel (a) : 18,20 ml
untuk blangko (b) : 18,30 ml
PERHITUNGAN
Bil. Penyabunan = (b - a) x N(HCl) x BE KOH /gram sampel
= 0,2 ml x 0,0924 meq/ml x 56,1 g/meq /2,0215 g
= 0,518364 mg / 2,0215 g
= 0,26 mg/g
Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa bilangan penyabunan sampel minyak kelapa adalah 0.26 mg/g
DAFTAR PUSTAKA